Sejumlah masyarakat pinggiran hutan mencari ungker untuk dijadikan lauk pauk ataupun dijual.(Dok) |
Blora -Kabupaten Blora yang letaknya berada di ujung timur dari Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mempunyai beragam kuliner. Mulai dari Opor Ngloram, Ikan Jendhil, Kopi Santen, Sate Ayam, Nasi Pecel Daun Jati, hingga Serabi.
Namun, ada juga kuliner ekstremnya, yaitu Ungker. Keberadaan ungker sebagai kuliner ekstrem tampaknya tidak selalu mudah untuk didapatkan.
Unker yang merupakan metamorfosis dari ulat menjadi kepompong hanya dapat ditemukan pada perubahan musim kemarau ke penghujan.
fenomena ungker daun Jati atau entung jati di wilayah Kabupaten Blora, Jawa Tengah, terutama wilayah yang berada di kawasan hutan menjadi menu andalan dimusim seperti ini seperti halnya di wilayah desa Sendangrejo kecamatan Bogorejo.
Kawasan hutan Jati yang biasanya sepi dari aktivitas manusia, kini menjadi ramai diserbu oleh warga. Bukan hanya oleh para laki laki, namun para wanita cantik pun ikut blusukan ke dalam hutan Jati Blora.
Dari pantauan di lapangan, kawasan hutan di dukuh Tunggak Tiyang Desa Sendangrejo, banyak warga yang sedang berburu ungker Jati.
Tua, muda, laki laki dan perempuan menyebar di kawasan hutan sambil membolak balik daun Jati yang berguguran ditanah, ada yang membawa ember, bakul dan ada juga yang membawa karung.
Warni, (60) salah satu warga dukuh Tunggak Tiyang mengatakan mencari ungker dihutan ini sudah terjadi selama dua minggu ini. Ketika ditanya tujuan mencari ungker Jati ini, Warni menyampaikan bahwa untuk dibawa pulang kemudian di masak dijadikan lauk untuk makan.
“Ungker Jati enak untuk dijadikan lauk, mencarinya agak susah karena di dalam hutan dan hanya ada setahun sekali yaitu ketika musim peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan, ” kata Warni, Jumat (29/12/2023).
Lebih lanjut Warni menuturkan bahwa masa mencari ungker ini hanya bertahan sekitar dua atau tiga minggu, karena jika sudah turun hujan lebat maka ungker tersebut akan hilang.
“Kalau sudah turun hujan lebat ya, ungker ini hilang, sudah berubah menjadi klaper, ” lanjut Warni.
Warni menjelaskan, awal ungker muncul harga jual di Pasar masih relatif mahal, mencapai 150 ribu per kilo gram. Namun akhir akhir ini harganya sudah turun di kisaran 40 sampai 50 ribu perkilo.
“Banyak yang suka, dari luar kota juga banyak yang beli, biasanya dimasak oseng oseng atau juga disayur asem asem. Pokonya enak dan gurih, makanan paling enak Sedunia. Di makan dengan nasi putih anget anget saja sudah maknyus, “tandas Warni.
Namun demikian, wanita yang sudah punya dua cucu ini berpesan jika memang tidak doyan jangan mengkonsumsi kuliner ini, karena jika tidak tawar bisa alergi.
” Kalau tidak tawar ya bisa biduren pak, ya semacam alergi kulit begitu, ” pungkas Warni.
Untuk diketahui, ungker daun jati ini merupakan salah satu makanan khas Blora yang bisa dibilang cukup ekstrem. Kemunculan ungker ini banyak diburu warga Blora untuk disajikan sebagai sajian lezat yang menggugah selera.
Ungker sendiri adalah bentuk kepompong dari ulat jati. Ulat yang sudah cukup memakan daun jati akan memulai fase kepompongnya (pupa) dengan turun ke tanah dengan benang dan mulai membungkus dirinya dengan jaringan kepompong. (Nir)