Pranoto petani kopi saat melihat buah kopi yang siap panen. (Dok) |
Blora- Petani kopi di Kabupaten Blora Pranoto, (72), warga Desa Tunjungan, Kecamatan Tunjungan,Kabupaten Blora, terus mengembangkan tanaman kopi jenis Excelsa.
Pranoto menceritakan setidaknya ada 70 Pohon Jenis Kopi Excelsa yang tumbuh subur dibawah puluhan tegakkan pohon durian.
“Kopi Excelsa umum ditanam di ketinggian di bawah 800 mdpl ternyata di Kabupaten Blora. Tanaman kopi ini bisa hidup di tanah Blora,” jelas Pranoto, Sabtu (14/10/2023).
Mbah ji sapaan akrab Pranoto, Pohon kopi Excelsa ini ditanam disebagian kecil lahannya seluas seperempat hektare itu, pohon ini menjadi pembeda di Ngalwungan.
“Daerah sini (Nglawungan,Red), dikenal dengan duriannya ternyata juga bisa ditanam pohon kopi dan sudah berkali-kali panen,” imbuhnya.
Pranoto saat ditemui sedang memetik biji kopi dari pohon, sambil bercerita bagaimana proses hingga bisa dijual.
“Untuk kopi penjualnya ini nanti diambil orang dari Kelurahan Kunden, orangnya kesini langsung,’’ ujarnya
Pranoto menceritakan selama bertanam pohon kopi dia mengaku merawat seorang diri, dari proses tanam panen hingga siap jual, sehingga harga tak sembarangan. Karena jenis kopi excelsa ini cukup unik karena dinilai memiliki rasa yang khas. Maka untuk biji kopi kering siap goreng bisa dijual dengan harga mahal.
“Kalau biji kopi yang sudah terkupas, kering dan siap digoreng dan kemudian di giling itu satu kilogramnya Rp 40- 50 ribu,’’ tuturnya
Sebab kopi ini dinilai memiliki cita rasa yang enak. Sehingga banyak pecinta kopi yang mengemari jenis kopi ini.
Pranoto menceritakan, awal mula dirinya menanam kopi ini. Bermula pada 2005 lalu saat dirinya merantau ke Lampung. Selama diperantauan itu dirinya merasakan nikmatnya kopi jenis ini. Saat itu dirinya tidak tahu jenis kopi apa, tapi banginya memiliki citarasa yang khas.
Maka saat dirinya hendak pulang ke Blora di 2006 ia meminta bibit kopi ini dari saudaranya. Ratusan bibit tersebut kemudian sesampainya di Blora langsung dia tanam di lahan miliknya di Nglawungan pada 2007. Dari ratusan bibit yang ditanam ternyata tidak semua tumbuh. Hanya beberapa.
“Tinggal 70an pohon yang hidup sampai sekarang ini,’’ujar bapak tiga anak ini.
Pohon kopi ini butuh waktu empat tahun untuk bisa berbuah. Saat tahun keempat tanam dan berbuah, panen sesuai dengan tujuan awalnya dia tanam di Blora agar tetap bisa merasakan kenikmatan kopi ini. Maka awal kopi ini dia nikmati sendiri.
“Ternyata kok banyak dan tidak habis, jadi ya saya bagi-bagikan ke tetangga,’’ ujarnya.
Pranoto mengaku ia terus berkerja agar kopi Excelsa ini bisa terus dikembangkan oleh generasi muda.
” ya tetap saya rawat, saya ingin nantinya generasi muda juga bisa terus mengembangkan kopi Excelsa ini sehingga nanti bisa dikembangkan di wilayah lain, ini kalau panen pernah dapat 1 kuintal,” Harapnya
Sejak awal dirinya menilai di Blora memiliki potensi bisa ditanami kopi. Bahkan menurutnya bukan hanya di Nglawungan daerah lain juga bisa.
“Di blora ini saya yakin cocok untuk ditanami kopi oleh karena itu saya terus mendorong pemuda untuk bisa mengembangkannya” Pungkasnya
Awal mula menanam pohon kopi baginya untuk hobinya. Sehingga dirinya tidak ada niat menjual. Tapi akhirnya setelah itu ada yang datang ke kebun kopinya dan meminta agar menyuplai kopi ditempat orang tersebut. Jadi sejak saat itu kopinya mulai dia jual. Sampai hari ini dirinya bekerja sama dengan salah satu cafe kopi. Karena kopi yang memiliki ciri khas itulah kemudian banyak peminatnya.
Adi Salah satu pemilik Kedai Kafe mengaku sering membuat kopi dengan bahan baku kopi asli Blora ini. Bahkan dirinya menuturkan sering datang ke lokasi untuk melihat langsung pohon dan proses panennya.
“Kopinya memang beda, ini itu di tengah tengah antara robusta dan arabica oleh karena itu punya rasa khas,” ucapnya.(Teg)