Kepala Dinkes Blora, Edy Widayat saat menerima Penghargaan dari Menteri Kesehatan.(Dok) |
Blora – Kabupaten Blora raih juara 1 nasional terkait Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada ibu dan balita. Atas prestasi itu, Blora menerima penghargaan Best Practise dari Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, bersamaan launching kegiatan PMT Berbahan Pangan Lokal di aula Kemenkes RI, Rabu (17/5/23).
Menyusul Blora, juara 2 diraih Kabupaten Serang, Provinsi Banten, dan juara 3 Kabupaten Oku, Provinsi Sumatera Selatan.
Penghargaan diterima langsung oleh Kepala Dinkes Blora, Edy Widayat.
“Penghargaan ini akan memacu kami dan semua pihak yang terlibat di Blora, termasuk kader,’’ ujar Edy Widayat, Rabu (17/5/2023).
Best practice adalah suatu cara yang paling efisien dan efektif untuk menyelesaikan permasalahan berdasarkan prosedur yang dapat diulang dimana prosedur tersebut terbukti/teruji.
Disampaikan Edy Widayat, dasar penilaian kenapa Blora memperoleh penghargaan best practise , dari keragaman menu PMT lokal, realisasi anggaran, data monitoiring dan evaluasi dan respon Dinkes dan PKK (kader).
Diketahui, sebagai upaya dalam mencegah stunting pada anak, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meluncurkan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal, di Jakarta, Rabu 17 Mei 2023.
“Pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal merupakan rangkaian dari titik krusial dalam upaya pencegahan stunting,” ujar Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Maria Endang Sumiwi, pada acara peluncuran PMT itu.
Maria memaparkan bahwa Program PMT berbahan pangan lokal ini merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam menekan angka kasus stunting yang masih berada di angka 21,6 persen dan angka kasus wasting yang masih di angka 7,7 persen.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan akibat masalah gizi kronis yang menyebabkan tinggi badan anak lebih pendek dibandingkan dengan rata-rata tinggi badan normal anak-anak pada usia yang sama.
Selanjutnya, wasting adalah kondisi anak yang berat badannya menurun seiring waktu sehingga berat badannya jauh di bawah standar kurva pertumbuhan.
Maria mengatakan bahwa angka kasus stunting pada tahun 2022 berhasil diturunkan sebesar 2,8 persen dari tahun sebelumnya sedangkan angka kasus wasting selama kurun itu justru meningkat sebesar 0,6 persen.
“Maka dari itu, strateginya kita ubah dengan mengarahkan program ini kepada anak-anak yang wasting, yang berat badannya tidak naik,” katanya.
Dengan mengarahkan program pada anak-anak yang mengalami wasting, ia mengatakan, targetnya stunting bisa dicegah sehingga angkanya dapat menurun.
Ia menyampaikan bahwa peluncuran Program PMT berbahan pangan lokal juga dimaksudkan untuk mendorong keterlibatan berbagai pihak di tingkat kabupaten/kota dalam upaya penanggulangan stunting, termasuk upaya perbaikan gizi ibu dan balita. (Tim)