EkonomiHeadlinePemerintahanSeputar Desa

Dari Kolam Terpal di Halaman Rumah, Pemuda Palon Ini Sukses Budidaya Ikan Nila Sistem Bioflok

×

Dari Kolam Terpal di Halaman Rumah, Pemuda Palon Ini Sukses Budidaya Ikan Nila Sistem Bioflok

Sebarkan artikel ini
Bupati saat mengunjungi budidaya ikan nila milik anindita.(dok)

Blora – Suara gemericik air terdengar lembut di halaman rumah Anindita D. D. Ravi Pamungkas, pemuda 20 tahun asal Desa Palon, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora.

Di sana, di antara deretan kolam bundar berlapis terpal biru, ribuan ikan nila hasil kerja keras dan tekad seorang anak muda yang tak takut bermimpi.

Anindita bukan berasal dari keluarga kaya. Ia adalah mahasiswa semester lima di Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe (STTR) Cepu, jurusan Teknik Mesin, sekaligus lulusan SMK Negeri 1 Blora.

Di tengah kesibukan kuliah dan tugas, ia menyisihkan waktu untuk mengurus 17 kolam bioflok yang menjadi sumber penghasilan sekaligus kebanggaannya.

“Saya mulai tahun 2023. Awalnya budidaya lele, tapi di Blora sudah banyak yang ternak lele. Akhirnya saya pilih ikan nila karena masih jarang dan permintaannya tinggi,” ujarnya.

Namun, bukan hanya jenis ikan yang membuat usahanya berbeda. Ia menerapkan sistem bioflok, metode budidaya modern yang menggunakan mikroba untuk menjaga kualitas air dan menghemat biaya pakan dengan ilmu itu ia pelajari secara otodidak.

“Sekarang belajar itu mudah. Saya belajar dari YouTube, TikTok, Google, bahkan AI. Asal ada kemauan, semua bisa,” katanya.

Dari enam kolam di rumah, lima kolam di sawah, dan enam kolam tanah untuk pendederan, ia bisa memanen rata-rata 2–3 kuintal ikan per kolam dalam waktu tiga hingga empat bulan. Untuk kolam di sawah, hasilnya bahkan bisa mencapai 4–5 kuintal.

Selain menjual ikan konsumsi, Anindita juga memasarkan bibit ikan nila secara daring lewat media sosial. Ia memotret sendiri hasil panen, mengelola akun promosi, dan melayani pembeli dari berbagai daerah sekitar Blora.

“Saya ingin buktikan bahwa anak desa juga bisa sukses dengan teknologi. Tidak harus kerja di kota, asal kita mau belajar dan berinovasi,” katanya.

Anindita mengaku ikan nila miliknya dijual dengan harga beragama. Untuk harga ecer Rp 33 ribu per kilogram. Untuk harga partai besar Rp 30 ribu per kilogram. Sedangkan Per kilogram biasanya ada yang isi 6 ekor, ada yang 2 ekor, tergantung permintaan.

Sekali panen, Anindita bisa mengantongi omzet dari Rp 3 juta hingga Rp 15 juta. Dengan pendapatan itu menurutnya masih cukup menguntungkan.

“Masih untung. Karena itu nanti bisa dihitung untuk HPP-nya, biaya listrik berapa, biaya pakan berapa, itu bisa ketemu nantinya,” jelasnya.

Cerita inspiratif Anindita akhirnya sampai ke telinga Bupati Blora, Dr. H. Arief Rohman, S.IP., M.Si.,beberapa waktu lalu Bupati bersama Ketua TP PKK Kabupaten Blora, Hj. Ainia Shalehah, S.Pd., dan jajaran Dinas P4 datang langsung ke rumah Anindita di Desa Palon.

Melihat kolam-kolam bioflok hasil inovasi pemuda 20 tahun itu, Bupati tak bisa menyembunyikan rasa bangganya.

“Saya salut dan bangga. Satu lagi petani milenial dari Blora yang di usia muda sudah berinovasi membudidayakan ikan nila modern. Semoga kisahnya menginspirasi pemuda lain di Blora,” ujar Bupati Arief.

Ia menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Blora berkomitmen mendukung semangat wirausaha anak muda melalui pelatihan, bantuan bibit, pendampingan, dan akses permodalan.

“Kita akan terus dorong agar semakin banyak anak muda seperti Anindita ini. Mereka bukan hanya menciptakan lapangan kerja, tapi juga membawa perubahan untuk desa,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua TP PKK Blora, Hj. Ainia Shalehah, juga memberi apresiasi.

“Anindita ini contoh nyata bahwa teknologi bisa menjadi kunci sukses di desa. Dengan semangat belajar dan kerja keras, ia bisa membuka peluang bagi dirinya sendiri dan orang lain,” tuturnya.

Example 120x600