Example floating
Example floating
Example floating
HeadlinePendidikan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SMK BHAKTI HUSADA PGRI BLORA TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X

×

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SMK BHAKTI HUSADA PGRI BLORA TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Penulis : Ikhwan Adi Prasetyo

ABSTRAK

Hasil  belajar  siswa  merupakan  output  dari  proses belajar mengajar.  Salah  satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari data awal nilai ulangan harian siswa yang masih berada di bawah ketuntasan. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar salah satunya adalah model pembelajaran. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang menuntut siswa untuk aktif dan memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasi materi pelajaran yang dipelajari.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan model pembelajaran problem based learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa.. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pengambilan data menggunakan desain eksperimen. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X. Teknik pengumpulan data menggunakan pre test, post test, dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan perbedaan nilai antara Post-test dikelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitian diperoleh nilai terendah pada kelas pres test yaitu 40, sedangkan nilai tertingginya yaitu 83.3. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai rata- rata dari kelas pres test yaitu 70. Nilai terendah pada kelas pres test yaitu 60, sedangkan nilai tertingginya yaitu 100. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata dari kelas pres test yaitu 83.3. Model pembelajaran project based learning berpengaruh positif terhadap hasil belajar sejarah. Implikasi penelitian ini diharapkan dengan menerapkan model PBL ini hasil belajar siswa meningkat, dan siswa lebih mudah memahami konsep materi sejarah dalam proses pembelajaran.

Kata Kunci:  Hasil Belajar, Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

 

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memerlukan perhatian tersendiri  dalam  pembagunan  nasional  yaitu  usaha  mencerdaskan  kehidupan bangsa,  karena  dengan  pendidikan  akan  meningkatkan  kualitas  sumber  daya manusia yang dijadikan modal utama pelaksanaan pembagunan. Pendidikan yang mampu mendukung pembagunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu memiliki dan memecahkan problem pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seorang  harus memasuki  kehidupan  dimasyarakat  dan  dunia  kerja,  karena  yang  bersangkutan harus  mampu  menerapkan  apa  yang  dipelajari  di  sekolah  untuk  menghadapi problem yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.

Sekolah sebagai suatu instansi atau lembaga pendidikan idealnya harus mampu melakukan proses edukasi, sosialisasi, dan transformasi. Dengan kata lain, sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu berperan sebagai proses edukasi (proses  pendidikan  yang  menekankan  pada  kegiatan  mendidik  dan  mengajar), proses sosialisasi (proses bermasyarakat terutama bagi anak didik), dan waddah proses transformasi ( proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik atau lebih maju).

Dalam proses belajar mengajar guru merupakan faktor utama dan kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah parameter utama kualitas pendidikan. Guru adalah  faktor  penentu  kualitas  pendidikan  karena  gurulah  yang  berhadapan langsung dengan peserta didik. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi anatar peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik selain itu juga tujuan umum dari pembelajaran ekonomi adalah untuk   mengembangkan   kemampuan   siswa   dalam   mengaplikasikan   dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran guru perlu meningkatkan kemampuan   mengajar   sehingga   siswa   dapat   maksimal   walaupun   dalam kenyataanya guru-guru di Indonesia sebagian besar masih mempertahan kan model- model pembelajaran lama.

Strategi pembelajaran adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tujuan pemnbelajaran jika penggunaannya tidak tepat maka dapat menghambat tujuan pembelajaran tersebut. Untuk melaksanakan suatu strategi pembelajaran digunakan model mengajar. Penggunaan model mengajar dapat membantu guru dalam  mengaktifkan  proses  belajar  mengajar  dikelas.  Menurut  Fathurrohman (dalam Hamruni, 2012:7) model mengajar adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Kemampuan guru sebagai salah satu usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dimana guru merupakan elemen di sekolah yang secara langsung dan aktif bersinggungan dengan siswa, kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan mengajar dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat, efesien dan efektif. Pendekatan  teacher  centered  sudah  dianggap  tradisional  dan  perlu  diubah  ini karena   pendekatan   teacher   centered,   dimana   pembelajaran   berpusat   pada pendidikan dengan penekanan pada peliputan dan penyebaran materi, sementara siswa kurang aktif, sudah tidak memadai untuk tuntunan era pengetahuan.

Berdasarkan observasi awal dan wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa model problem based learning belum pernah digunakan dalam proses pembelajaran. Selama ini pembelajaran masih menerapkan model pembelajaran ceramah. Begitu masuk kelas, guru memberikan ceramah tentang materi pelajaran yang telah dicatat sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan memberi siswanya beberapa latihan soal atau tugas. Siswa diminta untuk membuka buku catatan dan mengerjakan  buku lembar  kerja  atau  menjawab  pertanyaan  yang diajukan  oleh guru.  Proses  pembelajaran  dengan  model  konvensional  ceramah  masih  belum cukup memberikan kesan yang mendalam pada siswa, karena peran guru dalam menyampaikan materi lebih dominan dibandingkan keaktifan siswa sendiri. Guru lebih  banyak  memberikan  penjelasan  dari  pada  memperhatian respon  siswa terhadap materi yag disampaikan. Oleh sebab itu, guru harus mempunyai kreativitas tinggi dalam memilih model pembelajaran.

Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah merupakan salah satu masalah yang ingin guru perbaiki, untuk itu dibutuhkannya model pembelajaran terhadap  pelajaran  sejarah  agar  meningkatkan  hasil  belajar  siswa.  Menurut Djemari Mardapi (2008:102) hasil belajar ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran karena hasil belajar merupakan suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.

Dengan membiarkan siswa pasif, pendekatan yang berpusat pada pendidik sulit meningkatkan siswa mengembangkan kecakapan berfikir, kecakapan interpersonal, kecakapan beradaptasi dengan baik tidak banyak yang mereka dapatkan bila partisipasi mereka minim dalam proses pembelajaran. Padahal berbagai kecakapan ilmiah yang nantinya mereka butuhkan saat menjalani kehidupan dewasa mereka. Interaksi guru dengan siswa sangat dibutuhkan, dengan interaksi tersebut diharapkan siswa dapat membangun jati diri (learning to be). Untuk mencapai tujuan pendidikan dan kemampuan zaman yang menuntut siswa untuk memiliki kecakapan berfikir, kecakapan interpesonal, kecakapan beradaptasi dengan baik, kecakapan ilmiah yang nantinya diperlukan dalam dunia kerja maka dibutuhkan model pengajaran yang sesuai salah satunya adalah model  problem based learning (PBL). Menurut Duch, Allen dan White dalam Hamruni (2012:104) model problem based learning menyediakan kondisi untuk meningkatkan keterampilan berfikir kritis dan analitis serta memecahkan masalah kompleks dalam kehidupan nyata sehingga akan memunculkan “budaya berfikir’’ pada diri siswa, proses pembelajaran yang seperti ini menuntut siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran yang tidak hanya berpusat pada guru dengan begitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pelajaran yang disampaikan.

Pendekatan pemecahan masalah ini menempatkan guru sebagai fasilisator dimana kegiatan belajar mengajar akan dititik beratkan pada keafektifan siswa. Proses pembelajaran yang mengikut sertakan siswa secara aktif baik individu maupun kelompok, akan lebih bermakna karena dalam proses pembelajaran siswa mempunyai lebih banyak pengalaman.

Untuk tertib diri belajar sendiri harus dengan prinsip-prinsip. Salah satu prinsip yang harus dikerjakan yaitu “belajar harus dengan minat”. Banyak para siswa didalam belajarnya nampak tidak tahu atau kurang adanya minat dan belum ada niat untuk berusaha bagaimana ia dapat menumbuhkan minatnya di dalam belajar, mereka selalu merasakan belajar adalah beban. Unsur minat bepengaruh terhadap kualitas belajar seorang, siswa yang berminat terhadap suatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh sebab daya tarik baginya.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul.

“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X SMK BHAKTI HUSADA PGRI BLORA”

 

KAJIAN PUSTAKA Pengertian Belajar

Menurut Gagne (dalam Dimyati dan Mujiono, 2009:10) belajar merupakan kegiatan yang kompleks, setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Jadi belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru.

 

Pengertian Hasil Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2011:30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Jadi hasil belajar merupakan suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.

 

Model Pembelajaran Problem Based Learning ( PBL )

Keberhasilan proses belajar mengajar salah satunya ditentukan oleh model mengajar yaitu bagaimana cara guru menyampaikan materi yang akan diajarkan. Secara  harfiah  metode  (method)  berarti “cara”.  Dalam pemakaian  yang umum, model diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan  dengan  menggunakan  fakta  dan  konsep-konsep  secara  sistematis. Hamruni (2012:7) mengemukakan model mengajar adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang  tergambar  dari  awal  sampai  akhir  yang  disajikan  secara  khas  oleh  guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan tehnik pembelajaran. Sukamto dalam (Trianto,   2007:5)   mengemukakan   maksud   dari   model   pembelajaran   adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis untuk mencapai tujuan belajar tetentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Oleh karena salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami guru adalah bagaimana memahami kedudukan model sebagai salah satu komponen dalam pendidikan yang dapat menciptakan pembelajaran yang efektif sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2006:74) yang mengatakan model adalah strategi pengajaran yang dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

 

Metode Pembelajaran Konvensional (Ceramah)

Menurut Nasution (1986:18) pendekatan secara konvensional adalah dimana guru menyampaikanbahan pelajaran kepada murid. Jadi guru merupakan sumber belajar  satu-satunya  bagi  siswa.  Pembelajaran  dengan  pendekatan  konvensional telah lama dilaksanakan dalam proses belajar mengajar sehingga pendekatan ini sering disebut dengan pembelajaran model ceramah. Menurut Djamarah dan Zain (2006:97) model ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan  peraturan  atau  penjelasan  secara  langsung  terhadap  siswa  sedangkan menurut Rostiyah (1986:68) model ceramah adalah cara mengajar dengan menuturkan materi saja, tanpa memperhatikan bagaimana respon siswa terhadap apa yang disampaikannya, walaupun guru memberikan kesempatan kepada siswa, siswa tidak mau bertanya walaupun mereka belum memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru tersebut.

 

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain eksperimen. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan September 2023. Populasi pada penelitian ini yaitu kelas X Asper 2 Smk Bhakti Husada PGRI Blora pada tahun ajaran 2023/2024. Pengambilan sampel dari populasi yang diperoleh dari kelas X Asper 2 terdiri dari 29 siswa, sebagai kelas eksperimen Problem Based Learning.Teknik pengumpulan yaitu tes pemahaman konsep kejadian majemuk,observasi,catatan lapangan dan dokumentasi,hasil tes pemahamana konsep pada materi kejadian majemuk dengan alat peraga kartu remi dan dadu disesuaikan dengan indikator pemahaman konsep matematika yang digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep pada materi peluang kejadian majemuk dengan bantuan kartu remi dan dadu. Lembar observasi dan catatan lapangan digunakan untuk mencatat segala aktivitas belajar peserta didik dan peneliti sebagai guru dalam menggunakan model pemebalajaran problem based learning .Dokumentasi yang digunakan untuk mendokumentasikan penggunaan model Problem based learning   dengan   alat peraga kartu remi dan dadu dan tes pemahaman konsep peluang kejadian majemuk dan semua aktivitas yang berhubungan dengan penelitian.

Untuk analisa data ,peneliti menggunakan pengolahan data,epnggolongan data ,serta penyajikan data yang nantinya akan ditarik kesimpulannya.keakuratan data pada penelitian ini menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatakn data dari sumber yang sama.Peneliti menggunkan observasi,catatan lapangan dan dokumentasi

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian didapat dari hasil tes pemahman konsep materi sejarah dan hasil observasi dan catatan lapangan dari aktivitas peneliti sebagai guru sejarah dan kegiatan peserta didik kelas X asper 2 Smk Bhakti Husada PGRI Blora Kabuapten Blora. Peneliti membagi menjadi 2 tahap yaitu tahap1 dan tahap 2

Deskripsi Hasil Tahap 1

Hasil dari diskusi perencanaan tindakan tahap I yaitu Modul Ajar  yang sudah disepakati oleh teman kolaborasi dan peneliti sebagai guru sejarah. Pada pelaksanaan tindakan tahap I ini, peneliti sebagai guru yang memberikan tindakan sedangkan teman kolaborasi membantu proses pembelajaran sejarah dalam melakukan observasi atau pengamatan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Selama  proses  pembelajaran  berlangsung  teman kolaborasi mencatat kejadian-kejadian yang penting selama proses pembelajaran matematika berlangsung yang terdapat di lembar observasi, lembar catatan lapangan dan dokumentasi. Setelah pelaksanaan pembelajaran selesai, teman kolaborasi dan peneliti berdiskusi tentang tindak mengajar peneliti dan tindak belajar peserta didik setelah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media canva dan tes pemahaman konsep materi sejarah.

Pertemuan  tahap I pembelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media canva. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka dan menayakan keadaan peserta didik kemudian peneliti memberikan apersepsi dan menjelaskan tujuan pembelajaran dan model pembelajaan yang akan digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun langkah-langkah tindak mengajar peneliti dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media canva. Pada  awal  pemebelajaran  pemberian Pertanyaan pemantik serta pada tahap ini peneliti masih membantu peserta didik untuk mendapatkan informasi, mengidentifikasi masalah , peneliti mengelompokkan peserta didik yang terdiri dari 5 atau 6 orang peserta didik dan memberikan permasalahan kepada peserta didik yang terdapat pada lembar kegiatan peserta didik, pengumpulan data (Data Collection) setiap kelompok diberikan media pembelajaran yang berupa kartu remi dan dadu oleh peneliti sebagai alat bantu peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan pada lembar kegiatan peserta didik,Pengolahan Data (Data Collection) dan  Pembuktian (Verivikation) guru meminta peserta didik untuk menghimpun data dan mendiskusikan dengan kelompoknya. Selama diskusi berlangsung peneliti masih membantu peserta didik dalam menuliskan hasil diskusinya di lembar kegiatan peserta didik. Selanjutnya  menarik kesimpulan (Generalisation) Masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Pada tahap ini peneliti dan peserta didik memberikan kesimpulan terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan.Di akhir pertemuan diadakan tes pemahaman konsep pada peserta didik.

Pembelajran  pada tahap I masih belum optimal, selama proses pembelajaran berlangsung masih terpusat pada guru sehingga kelas belum bisa dikondisikan dengan baik. Waktu yang digunakan untuk melaksanakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan alat peraga kartu remi dan dadu masih perlu tambahan jam. Pada saat diskusi kelompok dilakukan, terdapat beberapa kelompok yang belum melakukan kegiatan menurut langkah-langkahnya, akan tetapi ada salah satu kelompok yang sudah melakukan kegiatan sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada lembar kegiatan peserta didik. pada penarikan kesimpulan banyak peserta didik yang masih bingung dalam penarikan kesimpulan dan belum paham dengan langkah-langkah pembelajaran. Peneliti masih membimbing peserta didik untuk menyimpulkan keseluruhan kegiatan yang telah dilakukan. Selanjutnnya saat  tes pemahaman konsep yang sesuai dengan indikator pemahaman konsep peserta didik. Banyak peserta didik belum paham mengenai kejadian majemuk sehingga kelas menjadi gaduh,karena bannyak peserta didik yang meminta jawaban temannya

Refleksi di tahap 1 sebagai guru sejarah belum optimal dikarenakan peneliti belum sempurna dalam melakukan langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media canva sehingga membuat kekurangan waktu pembelajaran. Timbulnya faktor-faktor tersebut membuat proses pembelajaran matematika pada tahap I belum sesuai harapan peneliti sehingga peneliti dan teman kolaborasi mendiskusikan alternatif solusinya antara lain: sebelum pembelajaran dimulai peneliti harus memahami kembali langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media canva sehingga pembelajaran dapat berlangsung tepat waktu, dalam pelaksanaannya sebaiknya peneliti harus memberikan arahan yang tepat dan jelas kepada peserta didik, sebelum pembelajaran dimulai sebaiknya peneliti dapat mengkondisikan peserta didik terlebih dahulu.

Selama proses diskusi belangsung peneliti sebaiknya tidak terfokus pada satu kelompok saja. Pada tindak belajar peserta didik ini belum optimal dikarenakan masih banyak peserta didik yang ramai, bermain sendiri, bingung dengan langkah-langkah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dan banyak peserta didik yang meniru jawaban teman lain. Alternatif tindakan yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain peserta didik sebaiknya banyak berlatih mengerjakan soal dan berlatih memahami suatu konsep sejarah pada materi kerajaan hindu dan Buddha di Indonesia. Adapun hasil dari rata – rata persentase tes pemahaman konsep dari setiap indikator pemahaman konsep antara lain yaitu: Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari (53,62%),  Mengklarifikasi objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut(62,93%) ,Mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep (71,55%), Menerapkan konsep secara logis (61,38 %), Memberikan contoh atau contoh kontra (bukan contoh) dari konsep yang dipelajari (63,45%),Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk (gambar, sketsa, model, atau cara lainnya) (57,59%), Mengakaitkan berbagai konsep dalam sejarah (62,93 %), Mengembangkan syarat perlu dan / atau syarat cukup suatu konsep (64,14 %)

 

Deskripsi Hasil Tahap 2

Penelitian tahap 2 ,merupakan lanjutan dari penelitian tahap 1 dikarenaka masih banyak siswa yang penguasaan konsep sangat rendah.Perencanaan penelitian tahap 2 masih menggunakan Problem Based learning dengan media canva yang disesuaikan dengan modul ajar yang telaj disepakati.Peneliti bertindak sebagai pemberi tindakan sedangkan teman kolaborasi membantu proses pembelajaran matematika dan melakukan observasi atau pengamatan proses pembelajaran sejarah yang berlangsung di kelas.Selama proses pembelajaran berlangsung teman kolaborasi mencatat kejadian-kejadian yang penting selama proses pembelajaran sejarah yang terdapat di lembar observasi, lembar catatan lapangan.Di awal pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam dan berdoa,selanjutnya menanyakan kabar peserta didik serta mengecek kehadiran siswa, sebelum,peneliti melakukan apersepsi yaitu mengingatkan kembali pada materi sebelumnya,menyampaikan pada materi yang akan dipelajari,menyampaikan tujuan pembelajaran serta model pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran dan menyampaikan manfaat pembelajaran materi kerjaaan hindu dan Buddha di indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media canva. Saat kegiatan inti guru menerapkan  model pembelajaran Problem Based Learning dengan menggunakan media cancva. Guru sudah mampu mengkondisikan siswa dalam berkelompok, membagikan LKPD,pelaksanan diskusi kelompok serta penarikan kesimpulan oleh siswa secara lebih kondusif. Pada penelitian tahap 2 ini,proses pembelajaran lebih kondusif dari tahap 1dan peserta didik lebih terlatih menggunakan model problem based learning dengan alat bantu kartu remi dan dadu sehingga peserta didik mampu mengikuti pembelajaran matematika dengan tekun,aktif dan sudah tidak bingung lagi.

Kegiatan inti peserta sudah mampu mengikuti langkah – langkah dalam Probelm Based Learning sesuai dengan LKPD.Saat diskusi peserta didik sudah mampu aktif mengutarakan pendapat dalam menyelesaikan masalah yang ditentukan serta peserta didik mampu menganalisa persoalan serta mampu menemukan informasi.Peserta didik menyelesaikan permasalahan sesuai dengan langkah-langkah kegiatan peserta didik, Peserta didik lebih aktif dan  pembelajaran sudah tidak terpusat pada guru. Dalam memanfaatkan media canva  ,peserta didik sudah sesuai pembelajaran Problem Based Learning. Pada Akhir pembelajaran , penelitian memberikan  peserta didik soal-soal untuk diselesaikan.Dari hasil tersebut,peserta didik mampu meningkatkan pemahaman konsep dapat terlihat dalam tes kemampuan konsep materi kerajaan hindu dan budhha di Indonesia disetiap butirnya,yang sesuai indikator pemahaman konsep.Peserta didik sudah mengalami peningkatan dalam pemahamn konsep.

Refleksi tahap 2,peneliti telah melaksanakan pembelajaran sesuai modul ajar dan menerapkan model pembelajaran Problem Based learning dengan menggunkan media canva pada materi kerajaan hindu dan budhha di Indonesia.Proses pembelajaran sudah ada perubahan yang positif, peserta didik dalam pembelajaran sudah kondusif. Peningkatan pemahaman konsep sudah terjadi dengan hasilnya lebih baik dari Tahap 1.Banyak peserta didik yang sudah aktif dalam diskusi kelompok dalam menyelesaikan permasalahan di LKPD  serta peserta didik sudah tidak mengalami kebingungan dalam penyelesaian masalah.Di akhir pembelajaran,peneliti memberikan soal-soal untuk mengetahui peningkatan hasil pemahaman konsep.

Dari  hasil rata-rata persentase tes pemahaman konsep dari setiap indikator pemahaman konsep menghasilkan  Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari (80,17%),  Mengklarifikasi objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut(79,52%) ,Mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep (81,03%), Menerapkan konsep secara logis (81,03 %), Memberikan contoh atau contoh kontra (bukan contoh) dari konsep yang dipelajar (81,21%),Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk ( gambar, sketsa, model , atau cara lainnya) (81,93%), Mengakaitkan berbagai konsep kerajaan hindu dan budhha di Indonesia (80,52 %), Mengembangkan syarat perlu dan / atau syarat cukup suatu konsep (81,21 %). Dari refleksi tahap 2 bahwa kegiatan pembelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media canva mengalami peningkatan dan hasilnya maksimal,sehingga  model pembelajaran Problem Based Learning dengan media canva sangat tepat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep materi kerajaan hindu dan budhha di Indonesia..

Temuan pada problem based lerning diperkuat dalam penelitian sebelumnya yang menyatakan problem based learning memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan hasil belajar (Eka Yulianti,2019) dan model problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam pembelajaran( Khoirul Anwar,2019).Dari data tersebut bahwa pengaruh hasil belajar problem based learning siswa lebih aktif,lebih kreatif dan inovatif sebab siswa akan merasa lebih bebas dan kreatif dalam mencari literatur sehingga dapat mengerjakan masalah yang diberikan.

 

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Problem Based Learning yang telah dilakukan, terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika dan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis Problem Based Learning secara signifikan lebih tinggi dibandingkan pembelajaran konvensional. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning secara signifikan lebih tinggi dibandingkan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran Problem based learning (PBL) dapat berpengaruh terhadap hasil belajar terutama pada siswa.

 

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis menyarankan sebagai berikut:

  1. Kepada guru, terutama guru Mata Pelajaran sejarah sebaiknya dalam melakukan pengajaran dengan model pembelajaran yang bervariasi seperti model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Konvensional (Ceramah). Jangan hanya terpaku dengan gaya menjelaskan, berceramah dan membaca buku yang secara tidak langsung membuat siswa menjadi tidak dalam kegiatan belajar. Banyak cara sederhana yang digunakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam menumbuhkan semangat siswa diantaranya dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning PBL dan Konvensional Ceramah.
  2. Bagi sekolah, dapat memberikan manfaat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan, wawasan, khasanah kajian pustaka mengenai model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Konvensional (Ceramah) untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

 

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian, Jakarta : Rhineka Cipta,

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta,

Asep J, dan Abdul H, 2012. Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta : Multi Persindo,

Ary, Donald dkk. Pengantar penelitian dalam pendidikan terjemahan Arief,

Furchman. 2011. Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

Aunurrahman, 2013. Belajar dan pembelajaran. Bandung : Alfabeta,

Djamarah, S, B dan Zain, A. 2006. Strategi belajar mengajar. Jakarta : Rhineka

Cipta,

Dimyati, dan Mujiono. 2009. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : Rhineka Cipta,

Eggen, dan Kauchak. 2012. Strategi dan model pembelajaran : mengajarkan konten dan keterampilan berfikir. Jakarta : Indeks,

Hamalik, O.2011. proses belajar mengajar. Jakarta : Bumi Aksara,

Hamruni, 2012. Strategi pembelajaran. Yogyakarta : Insan Madani,

Huda, Miftahul. 2014. Model-model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pengajaran berdasarkan masalah. Surabaya : UNESA Press,

Mardapi, D. 2008. Tehnik penyusunan instrumen Tes dan Non Tes. Jogjakarta : Mitra Cendika,

Neolaka, Amos. 2014. Metode penelitian dan statistik. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Offset,

Rusman, 2011. Model-model pembelajaran mengembangkan professionalisme Guru. Jakarta : Rajawali,

Sardiman, 2011. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta : Raja Grafindo,

Slameto, 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta : Rhineka Cipta,

Sudjana, N. 1990. Dasar-dasar proses belajar. Bandung : Sinar Baru Sudjana. 2005. Metode statistika. Bandung : PT Tarsito Bandung. Sugiyono, 2012. Metode penelitian pendidikan. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2014. Metode penelitian pendidikan (pendekatan kauntitatif, kualitatif, dan R & D). Bandung : Alfabeta

Trianto, 2014. Mendesain model pembelajaran inovatif, progresif, dan konstekstual. Jakarta : Prenada Media.

Example 120x600