Blora – Musim kemarau yang berkepanjangan di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, membawa ancaman serius bagi para petani tadah hujan.
Sudah hampir sebulan tidak turun hujan, membuat sawah-sawah mengering dan tanaman padi terancam gagal panen untuk kedua kalinya.
Para petani di Blora pun melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan panen mereka. Salah satunya dengan menggunakan mesin diesel pompa air untuk mengairi sawah. Cara ini terpaksa mereka lakukan karena air di selokan sudah tidak mengalir.
Penggunaan mesin pompa air ini tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Para petani harus mengeluarkan dua kali lipat biaya irigasi dibandingkan biasanya. Dalam satu jam, mereka harus mengeluarkan Rp40.000 untuk menyedot air dari sungai.
“Untuk sekali mengairi sawah, biasanya menghabiskan waktu 5 jam. Jadi, dalam sehari, kami bisa menghabiskan Rp200.000,” keluh Sunarto, salah satu petani, Rabu (3/7/2024).
Kekeringan ini juga berdampak pada kualitas panen. Tanaman padi yang tidak mendapatkan air yang cukup tidak bisa tumbuh maksimal. Hal ini tentu saja membuat para petani semakin merugi.
Sriyati, petani lainnya, berharap pemerintah segera memberikan bantuan kepada para petani yang terdampak kekeringan.
“Kami mohon kepada pemerintah untuk membantu kami dengan air atau pupuk,” ungkapnya.
Ancaman gagal panen ini menjadi pukulan telak bagi para petani di Blora. Pasalnya, mereka baru saja panen padi pertama yang hasilnya tidak maksimal karena harga gabah yang anjlok.
Pemerintah daerah perlu segera mengambil langkah-langkah konkrit untuk membantu para petani mengatasi kekeringan ini. Salah satunya dengan mendistribusikan air bersih atau membangun embung-embung penampung air.