Semarang – Trisno, pemuda kelahiran Dusun Tanon, Semarang, telah berhasil mengubah wajah kampung halamannya.
Setelah menamatkan pendidikan tinggi di bidang Sosiologi, Trisno memilih pulang dan mengabdikan diri untuk memajukan Dusun Tanon, yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai peternak dan petani.
Dengan inovasi dan semangat yang tinggi, Trisno menginisiasi pengembangan Dusun Tanon menjadi desa wisata yang dikenal dengan nama “Desa Menari.”
Trisno menjelaskan, Desa ini secara resmi berdiri sejak tahun 2012 dengan slogan “Desa Wisata Menari: Menebar Harmoni, Merajut Inspirasi, Menuai Memori.”
Trisno berharap para pengunjung yang datang ke Desa Wisata Menari dapat merasakan harmoni.
“Kami warga masyarakat bisa saling berinteraksi merasakan harmoni, dengan para pengunjung juga bisa merasakan harmoni dengan alam yang ada disini,” ujarnya.
Sejak tahun 2012 hingga 2024, Desa Wisata Menari telah menerima kunjungan wisatawan. Berdasarkan data, jumlah pengunjung desa ini pada tahun 2023 tercatat sebanyak 322 orang, meskipun jumlah ini mengalami penurunan sebesar 40 persen dibandingkan sebelum pandemi COVID-19.
Penurunan jumlah pengunjung ini mungkin disebabkan oleh kurangnya publikasi dan promosi melalui media sosial.
Konsep desa wisata ini mengangkat kekayaan budaya lokal melalui pertunjukan tari tradisional seperti Topeng Ayu, Kuda Debog, dan Warok Kreasi, yang dibawakan oleh masyarakat setempat.
Dalam kurun waktu tiga tahun, Desa Menari telah berhasil meraup pendapatan sebesar Rp 250 juta dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
Keberhasilan Trisno ini menjadi inspirasi bagi pemuda desa lainnya untuk turut serta dalam mengembangkan potensi daerah.
