Blora– Saman, petani dari Desa Balongsari, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora yang sekaligus perangkat desa, berhasil menunjukkan potensi keuntungan yang tinggi dari budidaya tembakau.
Namun demikian, minat budidaya tembakau di desa nya masih relatif rendah, terhitung hanya ada empat petani yang berani menanam tembakau. Selasa (05/11/2024).
Menurutnya, banyak petani di desa nya masih menganggap proses budidaya tembakau terlalu rumit, terutama saat melakukan “ngepeli” atau pemetikan tunas.
Namun dirinya tetap optimis karena hasil panen tembakau dapat memberikan keuntungan hingga tiga kali lipat dibandingkan tanaman jagung.
Saman telah mengirimkan hasil panennya ke PT Sadana di Sulang sebanyak enam kali. Harga tembakaunyapun bervariasi, tergantung kualitasnya, dengan harga tertinggi mencapai Rp51 ribu per kilogram untuk kelas premium (BSP) dan harga terendah di kisaran Rp27-25 ribu untuk kelas X.
“Kelas tertinggi BSP, di bawahnya ada B1, B2, B3, C1, C2, C3, dan paling rendah kelas X. Tembakau saya termasuk kelas C1 ke atas,” jelasnya, menegaskan kualitas produknya.
Dari hasil panennya, Saman telah meraup sekitar 30 juta rupiah, belum termasuk tanaman yang masih ada di lahan dan stok tembakau yang sedang dikeringkan di rumah.
“Dalam satu pengiriman, saya bisa mengirim maksimal empat bal atau sekitar dua kuintal,” tambahnya.
Dengan semangat dan keberaniannya dalam mengelola budidaya tembakau, Saman membuktikan bahwa meskipun ada tantangan, hasil yang didapat bisa sangat memuaskan dan menguntungkan.
Ini menjadi inspirasi bagi petani lain untuk mempertimbangkan potensi budidaya tembakau di wilayah mereka.